Anak Dwi Bahasa dan Gangguan Penguasaan Bahasa Ibu

Print

Anak Dwi Bahasa dan Gangguan Penguasaan Bahasa Ibu,

Novi Rahayu Restuningrum
Language Teacher
OPTIMA Language Center
This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it

Di Indonesia, terutama di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, selama beberapa tahun terakhir nampak fenomena usaha memampukan para anak-anak usia dini berbahasa Inggris selain Bahasa Indonesia. Lalu bagaimana dengan perkembangan bahasa ibu mereka sendiri, Bahasa Indonesia?

Sekolah dasar sampai menengah berlomba-lomba menjadi sekolah berpredikat bertaraf internasional, dan mengimplementasikan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dari segi porisitifnya, hal ini d apat dilihat sebagai langkah yang baik yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang dapat berkomunikasi secara produktif dan reseptif dalam bahasa Inggris, sehingga tidak tercipta kendala dalam komunikasi global mereka kelak. Usaha ini dilakukan dengan berbagai cara; beberapa sekolah menyediakan jam belajar lebih panjang bagi pelajaran bahasa Inggris atau aktivitas berbahasa Inggris. Sekolah lain menerapkan peraturan komunikasi berbahasa Inggris dan Indonesia selama jam sekolah, bahkan terdapat pula sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai media instruksi dalam kegaiatan akademiknya. Program seperti ini memiliki konsekuensi implementasi penggunaan dua bahasa di sekolah.


Pada tingkat umur yang lebih rendah, Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-kanak berkompetsisi untuk memenuhi keinginan konsumen untuk membahasa Inggriskan komunikasi sehari-sehari d sekolah. Tujuannya pun sama: menciptakan generasi andalan yang memiliki kemampuan berbahasa asing  dengan menyediakan suasana belajar dan berkomunikasi berbahasa Inggris.


Penguasaan Bahasa Ibu

Pada perkembangan bahasa seorang bayi, istilah bicara digunakan sebagai bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud (Hurlock [terj.], 1978: 176). Lebih jauh Hurlock menyebutkan bahwa bicara memiliki penggunaan yang paling luas dan paling efektif sebagai bentuk komunikasi.


Maka dalam perkembangan awalnya, seorang bayi atau anak batita menunjukkan perkembangan dalam bicara sebelum perkembangan bentuk bahasa yang lain seperti membaca dan menulis. Bahasa yang dikembangankan dalam bicaranya adalah bahasa ibu, yaitu bahasa pertama yang dipelajari seorang anak untuk berkomunikasi. Bahasa ini bermula dari tangisan kemudian berkembang menjadi ocehan dan celoteh, kata, frase, dan selanjutnya menjadi kalimat lengkap yang pada awalnya merupakan kalimat dengan susunan yang belum sempurna menjadi kalimat dengan susunan yang baik. Pada tahap ini, pada umumnya  perkembangan bicara seorang anak terlihat, terbimbing, dan terpantau oleh orang tuanya.


Selanjutnya, dalam perkembangannya, anak dapat terpapar dengan bahasa-bahasa lain yang disebut dengan bahasa kedua dan bahasa asing. Bagi seorang anak yang tinggal di daerah di luar kota Jakarta, pada umumnya bahasa ibunya adalah bahasa daerah, yang biasanya digunakan sebagai alat berkomunikasi oral dalam percakapan sehari-hari, dan kemudian setelah mendapatkan paparan bahasa Indonesia di sekolah, mendapatkan bahasa ibu yang kedua yaitu bahasa Indonesia. Kedua bahasa tersebut dapat dikatakan sebagai bahasa ibu atau bahasa pertama. dikuasai sebagai bahasa pertama. Dan selanjutnya, bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing dapat dimengerti sebagai bahasa yang kedua yang dipelajari atau dikuasai setelah bahasa ibu.


Penguasaan Bahasa Kedua

Pada umumnya di Indonesia, seperti telah disebutkan, bahasa daerah atau bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu, meskipun kondisi setiap keluarga dan lingkungan menciptakan situasi yang sangat berbeda bagi setiap individu. Sementara itu, bahasa kedua atau bahasa asing yang ditemui pada umumnya adalah bahasa Inggris.


Seberapa mudah atau sulitkah penguasaan bahasa kedua bagi seorang anak? Apakah yang terjadi dalam otak ketika seorang anak mempelajari kata dan system dalam bahasa kedua tersebut untuk menguasainya? Betulkah seorang anak akan mendapat kebingungan mengenai aturan dan sistem bahasa ibunya dalam proses penguasaan bahasa kedua tersebut? Adakah konsekuensi atau akibat  buruk dari penguasaan lebih dari satu bahasa oleh seorang anak?


(bersambung)